Aku belum pernah sejatuh cinta ini

Suasana rumah berusaha diramaikan walau kami berdua sangat lelah setelah agenda hari ahad ini. Energi kami terkuras, namun energi Zayd masih full. Kami belum bisa istirahat maksimal karena Zayd tidak tidur. Membiarkannya main sedang kami memejamkan mata pun tak bisa, kami tak tenang sebab ia kini banyak berjalan, memanjat, dan tentu, ia pasti akan mengajak kami bermain.

Puncaknya di waktu maghrib, mataku sudah mengantuk. Aba nya pergi ke mushala untuk shalat. Aku menyusui Zayd, berharap sejenak saja bisa memejamkan mata. Tapi, tak lama, justru Zayd menggigit kuat-kuat membuatku refleks teriak. Bukan langsung di lepas, justru ia semakin menggigit membuat ku refleks menekan tubuhnya. Aku berbalik badan. Aku memunggunginya. Aku kesal. Namun, Zayd kembali beraksi, dia memainkan rambutku, awalnya dengan lembut, namun tiba-tiba menjambak rambutku. Walllahi. Kesabaranku sungguh terkuras habis. Aku marah. Aku refleks mendorong tubuhnya saat rambutku dijambak.

Zayd menangis.
Aku menangis.

Mas pulang. Melihat kami sedang menangis. Mas mengambil Zayd sembari mengusap punggungku. Namun Zayd enggan. Dia ingin bersamaku. Kembali tiba-tiba dia menarik rambutku. Aku semakin marah dan menangis. Aku duduk di pojok kamar. Aku nangis. Aku sakit. Aku marah. Aku lelah.

Hanya bisa menangis. Aku takut. Aku merasa gagal. Aku merasa gak baik dengan anakku. Aku merasa tidak bisa memberikan sikap terbaik.

Tangisan Zayd semakin kencang. Dia menghampiriku. Memelukku. 

Perasaanku campur aduk. Aku marah, namun aku merasa bersalah. Aku lelah, namun aku ingin bermain dengannya agar aku bisa menjadi ibu yang baik.

Aku menangis membalas pelukannya.

Kenapa menjadi ibu sesulit ini?
Kenapa menjadi ibu selalu merasa bersalah?
Kenapa menjadi ibu selalu merasa gagal?

Aku masih menangis,
"Abang main di luar dulu yuk", Mas membawa Zayd dalam kondisi dia masih menangis.

Kembali perasaanku diobrak-abrik.
Aku kesal, marah.
Aku merasa gagal, merasa bersalah.
Aku merasa bahagia, merasa dicintai.

Mas, semoga Allah memberikan surga al-a'la yang di dalamnya banyak nikmat yang abadi. Semoga Allah beri Mas akhir yang indah. Semoga Allah ridho kepada Mas di akhir hayat Mas. Semoga Allah mencintai mas, melimpahkan rahmat-Nya, memberikan karunianya berupa kemudahan dan kenikmatan alam akhirat.


Untuk Zayd, jika one day abang baca tulisan umma ini,
Maafkan umma ya sayang..
Terkadang umma ada kalanya lelah sekali, tak bisa diajak bermain, bahkan untuk tertawa atau diajak becanda oleh Aba saja umma tak sanggup, energi umma habis, umma hanya ingin diam tak ingin berinteraksi..
Maafkan umma ya sayang..
Umma sayang sekali sama abang. Abang jatuh cinta ke tiga umma yang begitu indah dan dalam. Abang pelipur lara umma. Senyuman abang begitu menyejukkan, menyenangkan hati umma. Umma sayang sekali sama abang. Umma sayanggg... Bahkan ketika mengetik ini, saat ini juga, umma kembali menangis, sebab rasa sayang ini terlalu besar. Allah anugerahkan rasa sayang yang begitu besar kepada abang...
Semoga Allah jadikan abang hamba yang bertakwa.

Komentar