Hari itu,
Hatiku sempit.
Kepalaku panas.
Jantungku berdebar.
Perasaan yang selalu aku takutkan hinggap di hati.
Suasana yang paling aku benci untuk dihadapi.
Aku benci dengan pertengkaran.
Aku benci dengan diriku sendiri.
Ada banyak hal yang terbesit dalam jiwaku.
Mengapa begini? Mengapa begitu?
Harusnya begini kan?!
Harusnya begitu kan?!
Aku merasa rendah.
Namun aku merasa tak rendah.
Aku merasa benar,
Namun juga aku merasa salah.
Aku menyalahkan dia,
Tapi dia tak sepenuhnya salah.
Sungguh,
Syaithan menyukai keadaanku saat itu.
Syaithan menyukai diriku yang lemah dalam meminta kepada Allah.
Syaithan menyukai pertengkaran antara kami.
"Kamu boleh marah, tapi ingat, jangan kasih panggung untuk syaithan"
Nasihat sahabatku. Hafizhahallah.
Sungguh, amarah ini manusiawi.
Fitrah manusia.
Namun, siapa yang menunggangi amarahku ini?
Keimananku atau hawa nafsuku?
Ilmu atau syaithan?
Apa yang Allah inginkan saat aku marah?
Harusnya ini yang menjadi pertanyaan besar!
Harusnya ini yang aku jawab saat itu juga!
Apa yang Allah inginkan?
Apa yang Allah inginkan?!!
Bukan tentang,
"Apa yang harusnya aku lakukan agar dia memahami ku?!"
"Apa yang harusnya dia lakukan agar aku tak marah?!"
Bukan.
Ini semua bukan tentang makhluk.
Ini tentang aku dan Rabb-ku.
Tentang makhluk,
Biar Allah yang menguraikan.
Komentar
Posting Komentar