Meraih Kebahagiaan


Akuilah bahwa kita masing-masing memiliki kisah masa lalu. Kita hidup di waktu itu, dengan pihak-pihak yang mungkin sudah hilang atau masih ada di dekat kita. Kita hidup di waktu itu, dimana usia pun memengaruhi cara berpikir kita. Kita hidup di waktu itu, dimana kita memandang suatu hal dari satu sisi. Kini, kita hidup di waktu saat ini, detik ini, kita memandang masa lalu dengan kacamata yang berbeda. Kita memiliki pandangan lain yang bisa menguatkan atau bahkan semakin melemahkan. Kita kini cukup dewasa dari kita di masa lalu, sehingga bisa melihat suatu perkara lebih bijak. Memang, dewasa bukan tentang usia, namun, sekian tahun perjalanan hidup yang telah kita lewati, akan ada sedikit banyak perubahan pola pikir yang kita alami. Kita akan memandang yang lalu, dari sudut pandang lainnya.

Mungkin menyesakkan, menyedihkan, atau membahagiakan. Semua perasaan yang ada di masa lalu bisa berubah 180 derajat. Memori bahagia, mungkin menjadi hal yang tidak membahagiakan untuk saat ini. Memori yang menyedihkan, mungkin akan membuat kita bahagia untuk saat ini. Mengapa? Karena kita tau dampak dari kejadian tersebut untuk beberapa tahun setelahnya.

Beberapa di antara kita pernah kehilangan. Suatu hal yang ditakutkan terjadi. Sesak dan sedih. Cukup menyakitkan. Tapi, kini kita justru bisa tersenyum bahagia, bahwa hal itu menjadi tolak awal dari kebahagiaan hari ini. Lalu kita akan menjadi orang yang bahagia,

Tapi, tidak juga.
Jangan berpikir bahwa hari esok akan lebih baik. Setiap kebahagiaan, selalu memiliki teman serupa kesedihan. Bukankah itu yang kita rasakan dahulu? Sebelum kita kehilangan, kita merasa bahagia menjadi seorang pemilik. Namun, setelah kita kehilangan, kesedihan menaungi diri kita.

Kita jadi paham, pola kita dalam kehidupan berputar pada kebahagiaan dan kesedihan. Mengapa harus begitu? Mengapa tidak kita merasa bahagia selamanya? Mengapa kita harus terpuruk baru merasa bahagia?

Kita lupa, bahwa tidak ada kebahagiaan sebelum mengalami kesedihan, atau kesusahan, atau keterpurukan, atau hal lain yang semisal.

Seorang ibu diselimuti kebahagiaan yang begitu besar setelah melahirkan anaknya dan menaruhnya di dada. Koneksi antara Ibu dan anak untuk kali pertama di dunia merupakan hubungan yang penuh dengan makna mendalam. Kebahagiaan yang hanya bisa dirasakan oleh seorang ibu, tidak bisa dirasakan oleh seorang ayah, kenapa? karena kesusahan mengandung selama 9 bulan dan rasa sakit yang begitu hebat saat melahirkan. Kebahagiaan itu hadir setelah kesusahan.

Seorang pemuda diselimuti kebahagiaan yang begitu besar setelah dinyatakan diterima di salah satu perusahaan. Kebahagiaan itu bahkan mampu meneteskan air mata seorang lelaki. Tak lupa lutut dan kening yang menyatu dengan bumi untuk mengucap rasa syukur kepada Rabbnya. Ternyata, sudah tiga tahun setelah dia di PHK oleh perusahaan, tak kunjung diterima oleh beberapa perusahaan. Perjuangannya untuk mengikuti tes demi tes, bermodalkan kemeja dan celana bahan yang sudah lusuh. Tak jarang selama itu pula hatinya teriris ketika tak membawa sepersen uang ketika pulang ke rumah. Kesedihan seorang suami, seorang ayah, yang mana kekuatannya sebagai pemimpin adalah mampu memberi nafkah yang cukup. Kini, dia tak memiliki kekuatan itu, hanya ada senyuman sang istri yang mampu membuatnya bertahan dalam optimisme. Kita tau betul, kebahagiaan yang begitu besar hadir setelah kesusahan, kesulitan, dan kesedihan yang dia alami bertahun-tahun.

Banyak contoh lainnya yang semisal dalam kehidupan kita atau kehidupan orang lain di sekitar kita. Kebahagiaan itu hadir setelah kesedihan dan kesusahan.

Kini, pernahkah kita berpikir, kebahagiaan terbesar yang pernah ada untuk anak manusia?
Kebahagiaan yang sudah pasti ada, namun belum pasti dapat diraih.
Mengapa? Karena tergantung seberapa besar kita bersusah payah berjalan menuju kebahagiaan itu.
Semakin kita bersusah payah, jatuh, lalu bangkit lagi, lelah tanpa henti, dan mengalami kesedihan,  semakin besar peluang untuk meraih kebahagiaan itu.
Kita hanya harus bertahan dan bersabar, hingga waktunya datang untuk tujuan yang besar,







yaitu, Surga.

Komentar