Berawal dari Empat Paragraf


Mereka, orang-orang di luar sana mengatakan sahabat yang terbaik itu yang mampu menghibur kita setiap kali bersama mereka dengan segala jokes yang terlontar, dimana kita bisa memperlihatkan tingkah absurd kita di depan mereka, kita bisa menceritakan segaaaaala sesuatu kepada mereka tanpa perlu khawatir, kita bisa dengan santai bicara apapun kepada mereka tanpa takut ada yang tersakiti karena, ya, mungkin udah se-de-ket itu hubungannya.

Tapi ternyata, aku menemukan definisi baru dalam bersahabat.

Yang bisa membuat air mata ini jatuh setelah sekian lama mengering

Saat itu, Allah menegur aku dengan caranya yang paling indah. Semua sahabatku mendapatkan kesempatan itu sedangkan aku.. hanya aku sendiri yang gagal mendapatkannya. Qadarullah, ada suatu hal yang entah kenapa itu bisa terjadi begitu aja sehingga membuat aku gagal mendapatkan kesempatan itu. Padahal, itu bukan kali pertama, sebelumnya aku pun pernah mengalami kegagalan yang sama seperti itu. Tapi kini, rasanya ada yang beda, seperti sebuah hukuman atas kesalahan yang aku lakukan kepada Dia.

Di whatsapp group mereka udah saling mengabarkan tentang hal itu dan chat paling akhir yang aku baca, "Kok Ghina gak ada ya?. Iya aku lihat di member nama Ghina gak ada". Remuk rasanya. Aku hanya bisa merutuki diriku saat itu. Kenapa, kenapa. Tapi bahkan dengan tanya kenapa juga gak bisa mengubah keadaan. Justru mungkin itu bentuk ketidakridhoan aku terhadap takdir Allah. Naudzubillah.

Aku hanya bisa memaksakan diri untuk tersenyum saat membacanya. 

Entah bagaimana lagi aku mengekspresikan perasaan ku selain mengungkapkan apa yang aku rasain saat itu kepada mereka. Empat paragraf pesan yang aku ketik dan aku kirim hanya sebagai pengungkap perasaan saja. Bahkan aku mengetik tanpa berpikir, mengalir begitu saja, entah rasanya gusar sekali di dalam sini, kalau kami bertemu secara langsung, mungkin bukan dengan kata-kata aku mengekspresikannya, tapi dengan air mata dan pelukan. Aku butuh kekuatan.

Sent.

Terbaring dengan mata tertutup, kening mengernyit, i just hold it for not falling..

Terhitung sekian menit dari pesan yang aku kirim, mereka semua menanggapi itu dengan... ah.. i can't explain how meaningful they are. Pesan mereka, nasihat mereka, tulisan mereka, aku bisa merasakan itu berasal dari hati mereka yang terdalam. Gimana engga, rasanya aku seperti dengar suara mereka ketika membaca pesan mereka masing-masing. Aku rindu..

Pesan yang berisi nasihat-nasihat indah, tentu itu semua lahir dari hati yang bersih, ilmu yang berkah, dan keimanan. Nasihat yang sangat menyemangatiku dan mematahkan keputusasaan ku saat itu. Faidah dari suatu ilmu, ayat al-quran yang disebutkan, doa yang dipanjatkan, dan kalimat indah lainnya sungguh sangat menghibur hatiku kala itu. Sangat indah. 

Aku hanya bisa tersenyum simpul dengan pipi yang sedikit basah. Sekali lagi, Allah perlihatkan kekuasaannya untukku, Allah ingatkan betapa besar rezeki yang diberikanNya untukku. Mereka jawaban dari doa-doa ku kala itu. Dan Allah gak pernah ingkar dengan janjinya. Alhamdulillah, dengan nama-nama dan sifatNya yang begitu mulia, dengan kemahabesarannya yang mampu mempertemukan aku dengan mereka dengan skenario yang tidak aku sadari. Begitu indah pertemuan kami, hingga sampai pada titik ini aku masih dibuat kagum dengan perjalanan ini.

Atas kemudahan dari Allah, mereka menuntun aku dalam perjalanan, mereka terus menggenggam tanganku untuk terus berjalan bersama, walaupun sesekali aku terjatuh dan mereka tanpa sadar terus berjalan sehingga mendahuluiku lebih jauh. Sampai aku gak mampu melihat dimana mereka sekarang berada, di titik mana mereka sampai, dan apa yang telah mereka lalui selama itu. Karena aku sibuk dengan diriku yang tertinggal.

Mereka menyadarkan aku bahwa ketika aku gagal, bukan berarti itu akhir dari perjuangan. Ketika satu pintu kebaikan tertutup, bukan berarti pintu kebaikan lainnya tertutup juga. Satu pintu kebaikan tertutup akan ada banyak pintu kebaikan yang terbuka. There is a chance at another time. Mungkin ada kebaikan lain yang ingin Allah kasih untukku, katanya. Dan akan selalu ada hikmah dibalik setiap kejadian yang ada. Aku harusnya bersyukur, dengan kejadian ini Allah menegur aku dengan kelembutan, menyadarkan aku melalui pihak terdekat yang paling memahami aku. Dan dengan ini juga, aku bisa mendengar lagi mutiara nasihat dari lisan mereka setelah lama aku merindukannya. Jarak yang memisahkan kami sungguh membuat diri ini ingin cepat pulang untuk sekedar memeluk mereka satu per satu. 

Mereka bilang bahwa Allah akan selalu membuka pintu taubat untuk hamba-hambanya. Pintu itu terus terbuka, maka teruslah bergegas memasukinya. Sebelum semua terlambat. Terus semangat meraih rahmat dan kasih sayang Allah, jangan... jangan putus asa. Allah gak suka.


Betapa nikmatnya hubungan karena Allah, hubungan di atas ilmu dan iman. Atas kuasa Allah, kami masih bisa terus bersama sampai saat ini. 

Ini lah kenapa para ulama mendatangi sahabat-sahabatnya yang shalih ketika tertimpa musibah, mereka akan selalu mengingatkan kita kepada Allah, kepada iman, kepada tauhid, mereka akan memberikan fawaaid ilmu, mengingatkan atas janji Allah yang dengannya Allah tidak akan pernah ingkar. 

Bersyukurlah bahwa Allah masih membuat hati ini condong kepada teman yang shalihah ketika kaki ini tergelincir dalam lubang kekhilafan. Setidaknya, ketika hati masih menjadikan mereka pihak yang begitu berharga, maka bisa jadi Allah akan menyembuhkan luka yang ada melalui mereka, insyaAllah.
















Satu pesan yang berhasil memecah pertahananku,
"Kalau boleh jujur, aku selalu nunggu suara kamu ketika pukul 07.00. Aku selalu cek kamu kemana, semoga kamu gak kenapa². Aku nunggu kamu, Ghina."

"Ghin, sampai kapan pun, aku siap untuk nunggu kamu.. Tertatih bareng-bareng untuk berada di jalan ini. Kita jalan bareng lagi ya, Ghina?"














And i'll always be waiting for our encounter.

-with warm hug, Ghina




Reblog
Tulisan 2020

Komentar